Prolegomena:
Mengapa Komik adalah Mitologi Kita Saat Ini?
Dalam masyarakat kontemporer, narasi populer yang disampaikan melalui film, serial televisi, dan, khususnya, komik, telah mengambil peran yang secara historis dipegang oleh mitologi. Menurut para ahli, mitos adalah "pola imajinatif" dan "jaringan simbol kuat" yang membantu manusia menafsirkan dunia dan mewariskan pelajaran moral dari generasi ke generasi.1 Di era modern, komik berfungsi sebagai wadah untuk arketipe kuno ini, mengemasnya kembali untuk audiens global. Struktur naratif abadi seperti "Perjalanan Pahlawan" (The Hero's Journey) berulang kali muncul, membimbing karakter—dan pembaca—melalui tantangan yang mencerminkan perjuangan eksistensial manusia.2
Lebih dari sekadar
hiburan, narasi-narasi ini memberikan fondasi yang akrab namun transformatif
bagi pembaca untuk memahami dunia modern.1 Komik menyediakan ruang
aman untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan filosofis yang rumit, termasuk
peran ketuhanan, tanpa terikat pada dogma atau institusi yang kaku. Dengan
menyajikan pahlawan super sebagai figur-figur yang mewujudkan nilai-nilai kebaikan,
pengorbanan, dan keadilan, komik mengisi kekosongan spiritual yang dirasakan di
era pasca-sekuler, di mana keyakinan sering kali menjadi masalah yang sangat
personal dan individual.3 Oleh karena itu, untuk
memahami bagaimana masyarakat kontemporer memproses konsep ketuhanan, kita
harus melihat narasi yang mereka konsumsi. Analisis ini akan membedah bagaimana
komik, sebagai mitologi modern kita, menggambarkan entitas-entitas ilahi dan
bagaimana representasi ini mencerminkan dinamika spiritual dan sosiologis di
dunia nyata.
Anatomi
Ketuhanan Fiksi: Sebuah Studi Perbandingan Lintas Budaya
Konsep ketuhanan dalam dunia komik bervariasi secara signifikan antara tradisi komik Amerika dan Jepang, masing-masing menawarkan model yang berbeda dari entitas ilahi tertinggi. Perbedaan-perbedaan ini tidak hanya mencerminkan gaya bercerita yang unik, tetapi juga pandangan filosofis yang berbeda tentang hubungan antara pencipta dan ciptaan.
Arsitek
Multiverse Amerika: The One-Above-All dan The Presence
Di antara jajaran dewa dan makhluk kosmik yang tak terhitung jumlahnya di Marvel dan DC, terdapat entitas-entitas tertinggi yang melampaui semuanya: The One-Above-All (TOAA) dan The Presence. Kedua entitas ini memiliki atribut yang konsisten dengan konsep teologis monoteistik dunia nyata: kemahakuasaan (omnipotence), kemahatahuan (omniscience), dan kemahakehadiran (omnipresence).4 Mereka adalah pencipta yang ada di luar ruang dan waktu, dan kekuatan mereka tak terbatas, mampu menciptakan atau menghancurkan seluruh realitas dengan mudah. The One-Above-All, misalnya, dianggap sebagai "Versi Tuhan" Marvel yang melampaui entitas kosmik seperti Eternity dan Infinity, dan The Presence adalah "Makhluk Tertinggi" yang bertanggung jawab atas penciptaan dan tata kelola DC Multiverse.5
Namun, peran mereka
dalam narasi komik sangatlah unik dan mendalam. Alih-alih bertindak sebagai
dewa yang terus-menerus disembah, mereka sering kali berperan sebagai pengamat
pasif atau bahkan figur-figur yang jarang terlihat. Analisis mendalam mengungkapkan
bahwa peran mereka jauh melampaui deitas fiksi biasa; mereka adalah perwujudan
meta-naratif dari pencipta komik itu sendiri. The One-Above-All telah muncul di
hadapan karakter seperti Fantastic Four dan Peter Parker, tetapi dalam salah
satu penampakannya, ia mengambil wujud pencipta komik Marvel di dunia nyata,
Jack Kirby.4 Hal serupa terjadi di
DC, di mana The Presence dan The Source sering diidentifikasi sebagai
manifestasi dari penulis dan seniman yang menciptakan semesta itu, seperti Jack
Kirby atau Grant Morrison.9
Fenomena ini—di mana karakter fiksi berinteraksi dengan pencipta mereka—dikenal sebagai "meta-naratif" atau "kesadaran kepenulisan" (authorial awareness).12 Dengan menyisipkan diri mereka ke dalam cerita sebagai "Tuhan" dari dunia fiksi, para pencipta ini memberikan penjelasan yang elegan dan introspektif untuk masalah filosofis abadi yang dikenal sebagai theodicy.9
Theodicy adalah pertanyaan tentang bagaimana mengkompromikan eksistensi
Tuhan Yang Mahakuasa dan Maha Baik dengan adanya kejahatan dan penderitaan di
dunia. Dalam komik, jawabannya menjadi jelas: pencipta tidak mengintervensi
secara langsung karena intervensi akan merusak narasi dan meniadakan agensi
karakter. Penderitaan dan kehendak bebas karakterlah yang membuat cerita
menjadi bermakna dan berharga. Dengan kata lain, komik menawarkan
"solusi" modern untuk theodicy: penderitaan bukanlah kesalahan dari
pencipta yang pasif, melainkan bagian yang diperlukan dari "kisah"
yang memungkinkan pertumbuhan moral dan kebebasan.
Deitas dalam
Manga dan Anime Jepang: Dari Kami hingga Raja Segalanya
Representasi ketuhanan dalam manga Jepang sering kali menampilkan perspektif yang lebih cair dan tidak terduga, berbeda dari tradisi komik Amerika yang berpusat pada satu deitas tertinggi. Konsep ini berakar pada mitologi Jepang yang lebih tua, di mana dewa (kami) tidak selalu mahakuasa atau mahatahu.14 Batas antara dewa yang baik dan roh yang nakal (yōkai) seringkali kabur, dan sebuah entitas bahkan dapat berubah dari dewa menjadi yōkai dan sebaliknya.16
Dalam manga dan anime
modern, pandangan ini termanifestasi dalam figur-figur yang menunjukkan
kekuatan tak terbatas namun memiliki karakter yang sangat tidak terduga. Contoh
paling mencolok adalah Zeno dari seri Dragon
Ball Super. Meskipun ia adalah "Raja dari 12 Alam Semesta" dan
mampu menghapus seluruh realitas dengan lambaian tangan, Zeno digambarkan
dengan kepribadian yang kekanak-kanakan dan tidak bertanggung jawab.17 Ia menghancurkan enam alam semesta di masa lalu hanya karena
marah atau bosan. Zeno bukanlah sosok yang bijaksana atau penuh kasih; ia
adalah kekuatan absolut yang bertindak secara sewenang-wenang dan dangkal,
dengan motif yang tidak dapat dipahami oleh makhluk yang lebih rendah darinya.
Fenomena yang lebih
halus dan unik terlihat pada karakter seperti Haruhi Suzumiya. Haruhi tidak
menyadari bahwa ia memiliki kekuatan seperti dewa untuk mengubah,
menghancurkan, dan membentuk kembali realitas hanya dengan keinginannya.19 Entitas yang lebih kuat dari alien dan penjelajah waktu bekerja
di balik layar hanya untuk memastikan Haruhi tetap bahagia, mencegahnya
menghancurkan alam semesta karena ketidakbahagiaan.21
Kedua kasus ini
menyajikan konsep "ketuhanan yang acak dan tak acuh." Tidak seperti
pendekatan Amerika yang mengeksplorasi alasan filosofis di balik
non-intervensi, manga Jepang terkadang menyajikan deitas yang pasif atau
non-intervensi karena alasan yang dangkal: karena mereka kekanak-kanakan atau
bahkan tidak sadar akan kekuatan mereka. Representasi ini mencerminkan
kecemasan eksistensial modern: bahwa alam semesta mungkin tidak memiliki
rencana agung atau tujuan ilahi. Keberadaan manusia bisa jadi hanyalah hasil
sampingan dari keisengan, kebosanan, atau ketidaksadaran entitas yang tak
terbayangkan kuatnya. Ini mencerminkan pandangan nihilistik atau absurditas, di
mana makna harus diciptakan oleh manusia sendiri, terlepas dari keberadaan
entitas ilahi yang acuh tak acuh.
Tabel
Perbandingan 1: Atribut Entitas Ilahi Tertinggi Fiksi
|
Atribut Utama |
The One-Above-All (Marvel) |
The Presence (DC) |
Zeno (Dragon Ball Super) |
Haruhi Suzumiya (The Melancholy of Haruhi Suzumiya) |
|
Kemahakuasaan |
Absolut, tak terbatas. |
Absolut, tak terbatas. |
Absolut, mampu menghapus alam semesta. |
Absolut, secara tidak sadar mampu mengubah realitas. |
|
Kemahatahuan |
Ya, melihat dan mengetahui segalanya. |
Ya, mengetahui rencana dan jalan setiap ciptaan. |
Mungkin, tetapi bertindak berdasarkan kehendak. |
Tidak, sama sekali tidak menyadari kekuatannya. |
|
Kemahakehadiran |
Mampu hadir di mana pun. |
Mampu hadir di mana pun. |
Tidak secara eksplisit, tetapi kekuasaannya mencakup seluruh
realitas. |
Tidak secara eksplisit, tetapi kekuatannya memengaruhi seluruh
realitas. |
|
Peran Naratif |
Arsitek dan Pengamat Utama. |
Arsitek dan Pengamat Utama. |
Penguasa tertinggi yang kekanak-kanakan. |
Katalis yang tidak menyadari, sumber kekuatan bagi alam
semesta. |
|
Representasi Visual |
Seringkali tidak terlihat, atau muncul sebagai pria tua,
gelandangan, atau seniman komik. |
Seringkali tidak terlihat, atau muncul sebagai cahaya, tangan,
atau pria tua. |
Berwujud anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna pink. |
Gadis remaja biasa. |
|
Intervensi |
Minimal, membiarkan alur cerita berkembang. |
Minimal, membiarkan ciptaan membuat pilihan. |
Arbitrer, didorong oleh emosi atau kebosanan. |
Secara tidak sadar, tidak disengaja. |
|
Hubungan dengan
Pencipta |
Metafora langsung untuk Jack Kirby dan Stan Lee.4 |
Terkadang menjadi metafora untuk Jack Kirby atau Grant
Morrison.9 |
Tidak ada. |
Tidak ada. |
Integrasi
Ilahi: Menenun Ketuhanan ke dalam Alur Cerita Non-Teologis
Komik menunjukkan bahwa konsep ketuhanan tidak harus menjadi tema sentral untuk menjadi signifikan. Seringkali, "ketuhanan" dimasukkan ke dalam narasi sebagai elemen fungsional dari world-building, memberikan penjelasan kosmik untuk keberadaan dan kekuatan karakter.
Ketuhanan
sebagai Fondasi Kosmologi
Di Marvel, Celestials digambarkan sebagai makhluk kosmik kuno dan perkasa yang melakukan eksperimen genetik pada berbagai spesies di seluruh alam semesta, termasuk di Bumi.22 Mereka tidak disembah dalam pengertian tradisional, tetapi keberadaan mereka adalah fondasi dari seluruh mitologi Marvel. DNA yang mereka tanamkan ke dalam hominid purba adalah asal mula kemampuan manusia super, termasuk kekuatan mutan. Demikian pula, di DC, konsep "Godwave" menjelaskan bagaimana energi dari konflik ilahi di masa lalu menyebar ke seluruh alam semesta, menabur benih untuk berbagai pantheon dewa dan karakter super.23
Penggunaan konsep
"ketuhanan" ini sangatlah fungsional. Celestials, misalnya, bukanlah
entitas yang peduli dengan moralitas atau doa, melainkan dengan hasil dari
eksperimen mereka. Ini mencerminkan pandangan filosofis yang dikenal sebagai
deisme.24 Deisme berpendapat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan
hukum-hukumnya, tetapi kemudian menarik diri, membiarkan alam semesta berjalan
sendiri. Dengan cara ini, komik menggunakan gagasan tentang deitas sebagai
"arsitek" mekanis, bukan spiritual. Mereka menyediakan penjelasan
berbasis sains-fiksi untuk kekuatan yang tampaknya tidak mungkin, mencerminkan
pergeseran masyarakat modern dari penjelasan supernatural menjadi rasional.
Dilema
Intervensi dan Kehendak Bebas
Sementara The One-Above-All dan The Presence secara filosofis memilih untuk tidak campur tangan, beberapa komik mengeksplorasi gagasan intervensi ilahi dari sudut pandang yang lebih kritis. Salah satu contoh paling menarik ditemukan dalam manhwa Korea, Omniscient Reader's Viewpoint. Di sini, entitas setingkat dewa yang dikenal sebagai "Constellations" mengamati dunia, yang telah diubah menjadi permainan hidup atau mati, sebagai bentuk hiburan.25 Mereka dapat "mensponsori" karakter favorit mereka, memberikan kemampuan dan bantuan layaknya seorang penonton yang menyumbangkan hadiah di platform live stream.25
Konsep ini adalah alegori yang sangat tajam untuk tren sosiologis dalam masyarakat modern: komodifikasi dan materialisasi agama. Menurut para ahli, masyarakat kontemporer cenderung "mematerialisasikan" dan mengkomodifikasi ketuhanan, mengubahnya menjadi sebuah institusi formal atau bahkan produk yang dapat dikonsumsi.26 Dalam Omniscient Reader's Viewpoint, para Constellations tidak peduli dengan penderitaan manusia kecuali penderitaan itu dapat memberikan hiburan yang layak untuk dipertukarkan dengan "koin." Ini adalah cerminan sinis dari bagaimana spiritualitas dapat diubah menjadi produk yang dapat dikonsumsi, di mana manusia menjadi "penghibur" dalam sebuah permainan yang diatur oleh dewa-dewa yang tidak berempati, sebanding dengan bagaimana orang di era digital mencari validasi dari audiens yang jauh.
Cermin
Masyarakat: Relevansi Konsep Komik dengan Kehidupan Kontemporer
Representasi ketuhanan yang bervariasi dalam komik tidak hanya berfungsi sebagai alat naratif yang unik, tetapi juga sebagai cermin yang kuat yang mencerminkan pergeseran sosiologis dan spiritual dalam masyarakat modern.
Spiritualitas
Pasca-Sekuler: Dari Institusi ke Individualisme
Sosiolog telah mengamati transisi dari agama yang terinstitusionalisasi ke spiritualitas yang lebih personal dan individualistik.3 Spiritualitas kontemporer sering kali dicirikan sebagai "lebih pribadi, tidak terlalu dogmatis, dan lebih pluralistik," memungkinkan individu untuk menemukan makna dan tujuan hidup di luar struktur agama tradisional.3
Konsep "Tuhan"
di komik, yang seringkali personal dan tidak terinstitusionalisasi, secara
sempurna mencerminkan pergeseran ini. The One-Above-All yang muncul sebagai
gelandangan yang bijak di hadapan Peter Parker adalah contoh yang kuat.4 Ia bukanlah figur yang disembah di kuil, melainkan sosok yang
memberikan bimbingan spiritual secara pribadi. Hal ini memungkinkan audiens
untuk terhubung dengan gagasan keilahian pada tingkat yang personal, tidak
terikat pada dogma. Dalam masyarakat pasca-sekuler, di mana pertanyaan tentang
theodicy dan makna hidup tidak lagi dijawab oleh institusi, narasi komik dan
pahlawan supernya menawarkan jalur alternatif untuk eksplorasi spiritual.
Pahlawan super, dengan kiasan religius mereka (seperti Superman yang sering
dibandingkan dengan sosok Musa 2), berfungsi sebagai
perantara moral baru. Mereka mewujudkan nilai-nilai keadilan dan pengorbanan
yang secara historis terkait dengan figur ilahi, menginspirasi audiens tanpa
membebankan dogma, dan mengisi peran "ketuhanan" dalam masyarakat yang
mencari bimbingan di luar struktur tradisional.
Tabel
Perbandingan 2: Kesamaan Fiksi dan Realitas: Ketuhanan dalam Komik vs.
Masyarakat
|
Konsep Fiksi dalam Komik |
Paralel dalam Masyarakat Kontemporer |
Contoh Fiksi & Realitas |
|
Pencipta sebagai
Meta-Narasi Tuhan |
Masalah Theodicy dan Eksistensialisme |
Dalam komik, The One-Above-All dan The Presence secara
metaforis adalah pencipta yang tidak mengintervensi untuk memungkinkan
kehendak bebas karakter, mencerminkan dilema teologis tentang penderitaan dan
kehendak bebas manusia.4 |
|
Non-Intervensi Ilahi |
Deisme dan Pencerahan Sains |
Entitas fungsional seperti Celestials yang mengawasi
eksperimen genetik tanpa intervensi moral mencerminkan pandangan deistik di
mana Tuhan menciptakan alam semesta dan membiarkannya berjalan sendiri
menurut hukumnya.22 |
|
Keilahian sebagai
Tontonan (Spectacle) |
Komodifikasi dan Materialisasi Agama |
Konsep "Constellations" dalam Omniscient Reader's Viewpoint yang mengamati dan mensponsori
karakter untuk hiburan mencerminkan kritik terhadap komodifikasi
spiritualitas dan agama sebagai produk yang dapat dikonsumsi.25 |
|
Ketuhanan yang
Acak/Indiferen |
Nihilisme dan Absurditas Modern |
Zeno dan Haruhi, dengan kekuatan mereka yang tak terukur dan
tindakan yang sewenang-wenang, mewujudkan kecemasan bahwa alam semesta
mungkin tidak memiliki tujuan yang lebih besar, mencerminkan pandangan
nihilistik di mana manusia harus menciptakan makna mereka sendiri.17 |
|
Spritualitas Pahlawan |
Spiritualitas Pasca-Sekuler dan Individualisme |
Kisah-kisah pahlawan super yang menemukan kekuatan dari dalam
diri dan menginspirasi orang lain secara personal mencerminkan pergeseran
dari agama yang terorganisir ke spiritualitas yang lebih pribadi, di mana
individu mencari bimbingan dan makna di luar dogma institusi.2 |
Epilog: Wawasan
dari Balik Panel Komik
Analisis ini menunjukkan bahwa komik lebih dari sekadar "buku cerita bergambar" untuk anak-anak. Melalui representasi ketuhanan yang kreatif dan tidak konvensional—dari dewa meta-naratif yang merefleksikan theodicy, hingga deitas yang kekanak-kanakan atau pasif, dan hingga entitas kosmik yang berfungsi sebagai mekanisme plot—komik berfungsi sebagai ruang intelektual yang aman untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang keberadaan, moralitas, dan makna hidup yang dihadapi masyarakat modern.
Komik memberikan
"cerita-cerita yang bermakna," bahkan ketika bersifat fiksi, yang
secara tidak sengaja menjadi mitologi modern kita.28 Dengan memahami bagaimana konsep-konsep ini dicerminkan dalam
alur cerita, pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang
psikologi kolektif, pergeseran sosiologis, dan pencarian makna yang
terus-menerus di era kita. Ini bukan hanya sebuah laporan tentang komik; ini
adalah sebuah laporan tentang bagaimana fiksi mencerminkan dan membantu kita
memahami pencarian spiritualitas yang kaya dan kompleks di abad ke-21.
Karya yang dikutip
1.
The
mythological perspective of modern media: Cross-cultural ..., diakses September
16, 2025, https://commons.lib.jmu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1543&context=honors201019
2.
Spiritual
Lessons from Pop Culture - Universal Life Church, diakses September 16, 2025, https://www.ulc.org/ulc-blog/spiritual-lessons-from-pop-culture
3.
BAB
II KAJIAN TEORI A. Spiritualitas 1. Definisi Spiritualitas Menurut Adler,
manusia adalah makhluk yang sadar, yang berarti ba - etheses UIN, diakses
September 16, 2025, http://etheses.uin-malang.ac.id/772/6/07410003%20Bab%202.pdf
4.
Is
The One Above All The Strongest Marvel Character?, diakses September 16, 2025, https://www.fortressofsolitude.co.za/who-is-the-one-above-all/
5.
Unveiling
the Mysterious 'The Presence' in DC Comics: A Fan's Epic Journey, diakses
September 16, 2025, https://statustest.amherst.edu/dc-comics-the-presence
6.
Presence
(DC Comics) - Wikipedia, diakses September 16, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Presence_(DC_Comics)
7.
www.fortressofsolitude.co.za,
diakses September 16, 2025, https://www.fortressofsolitude.co.za/who-is-the-one-above-all/#:~:text=But%2C%20in%20the%20Marvel%20Comics,entities%20like%20Eternity%20and%20Infinity.
8.
Jack
Kirby - Wikipedia, diakses September 16, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Jack_Kirby
9.
What
are The Presence's abilities in DC comics? Does he have any weaknesses or flaws
that could be exploited by other beings (either divine or mortal)? - Quora,
diakses September 16, 2025, https://www.quora.com/What-are-The-Presences-abilities-in-DC-comics-Does-he-have-any-weaknesses-or-flaws-that-could-be-exploited-by-other-beings-either-divine-or-mortal
10.
[DC
Comics] Is The Presence (God) the God of all universes in the ..., diakses
September 16, 2025, https://www.reddit.com/r/AskScienceFiction/comments/v865h7/dc_comics_is_the_presence_god_the_god_of_all/
11.
Who
is more powerful: The Presence (DC) or The Writer (DC)? - Quora, diakses
September 16, 2025, https://www.quora.com/Who-is-more-powerful-The-Presence-DC-or-The-Writer-DC
12.
Superhero
Comics and the Meta-Narrative – Mikayla J. Laird, diakses September 16, 2025, https://mikaylajlaird.wordpress.com/2023/06/08/superhero-comics-and-the-meta-narrative/
13.
Sociology
of religion - Wikipedia, diakses September 16, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Sociology_of_religion
14.
Kami
- Wikipedia, diakses September 16, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Kami
15.
Shinto
- Wikipedia, diakses September 16, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Shinto
16.
Yōkai
- Wikipedia, diakses September 16, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Y%C5%8Dkai
17.
Zeno
Analysis | DragonBallZ Amino, diakses September 16, 2025, https://aminoapps.com/c/dragonballz/page/blog/zeno-analysis/QKmT_XuloY3pl8J0qEj25qXZQjvz7Jd
18.
gamerant.com,
diakses September 16, 2025, https://gamerant.com/dragon-ball-super-how-strong-is-zeno/#:~:text=The%20Grand%20Zeno%20may%20not,obvious%20special%20ability%20is%20immortality.
19.
[Haruhi
Suzumiya] Why has nobody tried to take away Haruhi's powers? - Reddit, diakses
September 16, 2025, https://www.reddit.com/r/AskScienceFiction/comments/o7dt12/haruhi_suzumiya_why_has_nobody_tried_to_take_away/
20.
Haruhi
Suzumiya (character) - Wikipedia, diakses September 16, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Haruhi_Suzumiya_(character)
21.
Haruhi
Suzumiya - Wikipedia, diakses September 16, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Haruhi_Suzumiya
22.
Celestial
(comics) - Wikipedia, diakses September 16, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Celestial_(comics)
23.
The
Worlds of the Gods in the DC Universe Explained (plus my idea for how to tie in
Norse Mythology as the First and Second Worlds) : r/DCcomics - Reddit, diakses
September 16, 2025, https://www.reddit.com/r/DCcomics/comments/103vw05/the_worlds_of_the_gods_in_the_dc_universe/
24.
Tuhan
Yang Maha Esa dan Ketuhanan, diakses September 16, 2025, https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/MKDU422102-M1.pdf
25.
Best
Isekai Manhwa With Gods & Goddesses - Game Rant, diakses September 16,
2025, https://gamerant.com/best-isekai-manhwa-gods-goddesses/
26.
EKSISTENSI
TUHAN DAN AGAMA DALAM ... - ResearchGate, diakses September 16, 2025, https://www.researchgate.net/publication/316970008_EKSISTENSI_TUHAN_DAN_AGAMA_DALAM_PERSPEKTIF_MASYARAKAT_KONTEMPORER/fulltext/591b1a69aca272bf75c7999f/EKSISTENSI-TUHAN-DAN-AGAMA-DALAM-PERSPEKTIF-MASYARAKAT-KONTEMPORER.pdf
27. The New Sociology of Religion - MDPI, diakses September 16, 2025, https://www.mdpi.com/2673-8392/1/3/63
28. Popular Culture as Mythology - YouTube, diakses September 16, 2025, https://www.youtube.com/watch?v=U7MIJMAfmhc
-(digital-empire)-065.jpg)
0 comments:
Posting Komentar