Dalam ranah hobi dan
koleksi, sedikit perdebatan yang mampu membangkitkan gairah komunitas sebesar
perbincangan tentang action figure Marvel Legends. Bagi kolektor veteran, lini
produk ini terbagi menjadi dua era yang berbeda: era Toy Biz yang dianggap sebagai
masa keemasan, dan era Hasbro yang mewarisi lisensi tersebut. Perdebatan ini,
yang berfokus pada kualitas fisik, artikulasi, dan detail estetika, sering kali
dilihat hanya sebagai masalah preferensi personal. Namun, sebuah studi mendalam
mengungkapkan bahwa pergeseran ini jauh lebih dari sekadar perubahan merek. Ini
adalah sebuah studi kasus yang mencerminkan ketegangan fundamental antara
idealisme kreatif dan realitas ekonomi pasar massal, sebuah konflik yang
membentuk tak hanya industri mainan, tetapi juga sektor kreatif lainnya.
Laporan ini akan
menelusuri fenomena tersebut, dimulai dari definisi "kualitas" yang
ditetapkan oleh Toy Biz, menganalisis alasan bisnis di balik akuisisi lisensi
oleh Hasbro, dan menelaah bagaimana dinamika ekonomi tersebut secara langsung
memengaruhi produk yang diterima oleh konsumen. Lebih jauh, laporan ini akan
menempatkan kasus Marvel Legends dalam konteks yang lebih luas, menunjukkan
bahwa pola ini bukanlah anomali, melainkan sebuah pola berulang yang umum
terjadi di berbagai industri kreatif yang berupaya tumbuh dari skala niche
menjadi pasar global. Dengan menggabungkan ulasan kolektor, data laporan
keuangan, dan prinsip-prinsip ekonomi, kami akan memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang bagaimana idealisme dan permintaan pasar berinteraksi dan
membentuk evolusi suatu produk.
Bab I: Era Emas
Toy Biz (2002-2006): Definisi Kualitas untuk Kolektor
Era awal Marvel Legends
di bawah Toy Biz sering kali dikenang oleh para kolektor sebagai masa yang
revolusioner. Kualitas produk pada masa ini tidak hanya dianggap baik,
melainkan sebagai sebuah inovasi radikal yang mendefinisikan standar baru untuk
industri action figure skala 6 inci. Toy Biz membedakan dirinya melalui
beberapa aspek kunci yang secara langsung memengaruhi kepuasan kolektor.
Fitur paling menonjol
adalah artikulasi yang luar biasa. Angka-angka dari era ini menampilkan
jangkauan gerak yang belum pernah ada sebelumnya, termasuk detail seperti sendi
jari (finger joints) dan sendi pada pergelangan kaki (ankle pivot) yang
memungkinkan pose yang sangat dinamis dan ekspresif. Sebagai contoh,
perbandingan antara figur Hasbro Sentry dan Toy Biz Sentry menunjukkan bahwa
meskipun keduanya memiliki artikulasi ganda di lutut dan rotasi paha, Toy Biz
bahkan menambahkan artikulasi jari kaki yang menawarkan fleksibilitas tambahan,
meskipun produk Hasbro terbaru dinilai lebih baik secara keseluruhan sebagai
representasi karakter modern.1 Keunggulan ini membuat
setiap figur terasa seperti replika miniatur dari karakter komik yang hidup dan
siap beraksi.
Selain artikulasi, Toy
Biz dikenal karena sculpting yang mendetail dan sering kali menampilkan
estetika gritty yang sangat terinspirasi dari gaya komik. Figur-figur ini juga
sering kali datang dengan aksesori berlimpah dan bonus tambahan, seperti buku
komik mini yang dikemas di dalam kemasan.2 Kehadiran elemen-elemen
ini tidak hanya menambah nilai jual, tetapi juga memperkuat koneksi emosional
kolektor dengan karakter dan alur ceritanya.
Kualitas superior Toy Biz tidak terjadi secara kebetulan. Hal ini merupakan hasil dari model bisnis yang memungkinkan idealisme kreatif menjadi prioritas utama. Toy Biz pada dasarnya adalah divisi internal Marvel Entertainment.2 Model in-house ini menghilangkan kebutuhan untuk membayar biaya lisensi eksternal, yang berarti keuntungan dari penjualan mainan sepenuhnya masuk ke dalam satu perusahaan induk. Aliran pendapatan yang terpusat ini memberikan kebebasan finansial yang signifikan untuk berinvestasi pada detail yang rumit, sculpting yang kompleks, dan artikulasi yang mahal. Hal ini memungkinkan Toy Biz untuk beroperasi lebih sebagai "proyek gairah" yang digerakkan oleh penggemar, oleh penggemar 2, daripada sebagai entitas komersial murni yang terbebani oleh target profitabilitas eksternal. Kepuasan tinggi dari kolektor di era ini adalah manifestasi langsung dari model bisnis tersebut. Kualitas produk menjadi hasil alami dari fokus perusahaan pada inovasi dan dedikasi kepada komunitas niche tanpa tekanan untuk mencapai skala pasar massal yang besar.
Untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas, perbandingan kualitas antara kedua era dapat
diringkas dalam tabel berikut:
|
Fitur Produk |
Era Toy Biz
(2002-2006) |
Era Awal Hasbro
(2007-2015) |
|
Artikulasi |
Sangat kompleks (sendi jari, sendi pergelangan kaki, sendi
ganda). |
Berkurang (tidak ada sendi jari, sendi ganda sering
dihilangkan). |
|
Sculpt & Detail |
Sculpt dinamis dan mendetail, estetika gritty khas komik. |
Sculpt yang lebih lembut dan lebih sederhana. |
|
Aksesoris & Bonus |
Melimpah (komik, figur stand, aksesori tambahan). |
Sangat terbatas atau dihilangkan (tanpa komik, tanpa stand). |
|
Model Bisnis |
Divisi internal Marvel (manufaktur in-house). |
Lisensi eksternal (manufaktur pasar massal). |
|
Kepuasan Kolektor |
Sangat tinggi, dianggap sebagai "masa keemasan". |
Rendah, dianggap sebagai "penurunan kualitas". |
Bab II:
Transisi Krusial: Analisis Strategi dan Ekonomi dari Keputusan Marvel
Pergeseran lisensi dari Toy Biz ke Hasbro pada tahun 2007 adalah salah satu momen paling krusial dalam sejarah Marvel Legends. Alih-alih merupakan keputusan yang didorong oleh kualitas produk, transisi ini adalah langkah strategis dari Marvel Entertainment yang berupaya mereorganisasi model bisnisnya secara fundamental.2 Pada pertengahan tahun 2000-an, Marvel sedang bertransisi dari perusahaan yang mengelola produksi mainan in-house menuju model yang sepenuhnya berfokus pada lisensi properti intelektualnya.2
Tujuan utama dari
perombakan korporat ini adalah untuk mengurangi risiko finansial dan beban
operasional yang terkait dengan manufaktur, logistik, dan rantai pasokan.
Dengan menempatkan tanggung jawab manufaktur kepada pihak eksternal, Marvel
dapat berfokus pada bisnis intinya, yaitu pengembangan karakter dan
penceritaan.2 Hasbro, sebagai salah
satu raksasa industri mainan, menjadi mitra yang ideal. Perusahaan ini
menawarkan skala dan kekuatan distribusi global yang tidak dimiliki oleh Toy
Biz.2
Keputusan ini terbukti
sangat menguntungkan dari perspektif finansial. Laporan keuangan Marvel
Entertainment dari kuartal pertama tahun 2006 menunjukkan adanya peningkatan
signifikan dalam arus kas operasional (net cash provided by operating
activities), melonjak dari $39,189 juta pada tahun 2005 menjadi $94,931 juta
pada tahun 2006.4 Peningkatan ini
didorong oleh satu peristiwa utama: penerimaan uang muka sebesar $105 juta dari
Hasbro sebagai bagian dari perjanjian lisensi baru.4
Pembayaran uang muka
yang masif ini adalah bukti nyata bahwa Marvel mengutamakan keuntungan
finansial jangka pendek dan menghilangkan risiko operasional jangka panjang.
Uang tunai ini tidak hanya menstabilkan kondisi keuangan Marvel tetapi juga
membebaskan modal yang sangat penting. Perjanjian ini, yang secara efektif
mengakhiri lisensi Toy Biz, memungkinkan Marvel untuk mengalihkan sumber daya
dan fokusnya ke bisnis lain yang pada akhirnya akan membentuk masa depan
perusahaan: pendirian Marvel Studios dan produksi film-film live-action. Dengan
kata lain, penurunan kualitas produk mainan yang dirasakan oleh kolektor pada
awal era Hasbro adalah konsekuensi yang dapat diperkirakan—bahkan mungkin
dianggap sebagai pertukaran yang perlu dilakukan demi strategi korporat yang
lebih besar dan menguntungkan.
Tabel berikut meringkas
pergeseran strategi bisnis ini:
|
Aspek |
Sebelum Transisi (Era
Toy Biz) |
Setelah Transisi (Era
Hasbro) |
|
Model Bisnis Marvel |
Manufaktur in-house, mengelola risiko produksi dan logistik. |
Berbasis lisensi, mendapatkan royalti dan uang muka dari
mitra. |
|
Tujuan Korporat |
Menciptakan produk yang digerakkan oleh idealisme penggemar. |
Mengurangi risiko operasional dan memaksimalkan pendapatan
dari lisensi. |
|
Keuntungan Hasbro |
- |
Kekuatan retail global, kapasitas distribusi massal. |
|
Dampak Finansial ke
Marvel |
Pendapatan berbasis royalti dari divisi internal. |
Menerima uang muka besar ($105 juta) dan royalti
berkelanjutan. |
|
Konsekuensi pada
Produk |
Kualitas produk sangat tinggi, fokus pada detail. |
Awalnya kualitas menurun, fokus pada efisiensi produksi
massal. |
Bab III: Era
Awal Hasbro (2007-2015): Ujian Kualitas dan Kepercayaan
Ketika Hasbro mengambil
alih lisensi Marvel Legends, transisi ini disambut dengan kekecewaan oleh
sebagian besar komunitas kolektor. Lini produk awal Hasbro pada tahun 2007,
yang sebagian besar masih didasarkan pada desain prototipe Toy Biz 3, tampaknya tidak mempertahankan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Komunitas mengeluhkan "artikulasi yang berkurang,"
"sculpts dan cat yang lebih lembut," serta hilangnya bonus yang
disukai, seperti buku komik yang dikemas bersama figur.2
Kritik ini, pada dasarnya, adalah manifestasi dari konflik yang mendalam antara idealisme Toy Biz dan realitas ekonomi Hasbro sebagai produsen pasar massal. Alasan utama di balik penurunan kualitas awal ini adalah kebutuhan untuk mencapai skala produksi yang sangat besar dan efisien. Di sinilah konsep mold reuse atau penggunaan ulang cetakan menjadi sangat relevan.5 Biaya pembuatan cetakan injeksi baja yang tahan lama—yang digunakan untuk produksi massal action figure—sangat mahal, dapat mencapai $100.000 atau lebih per cetakan untuk desain yang kompleks.6
Dalam skema produksi massal Hasbro, yang merilis hampir seratus figur per tahun 5, membuat cetakan unik untuk setiap figur akan secara eksponensial meningkatkan biaya tetap, membuat harga ritel tidak terjangkau bagi konsumen umum.7 Oleh karena itu, strategi paling masuk akal secara finansial adalah menggunakan kembali cetakan tubuh (body molds) yang sudah ada untuk karakter yang berbeda. Meskipun strategi ini membantu menekan biaya produksi dan menjaga harga tetap kompetitif, hal ini juga sering kali menghasilkan figur dengan proporsi yang tidak akurat, artikulasi yang kurang bervariasi, dan detail yang kurang unik.
Keputusan ini
menciptakan dilema mendasar: perusahaan harus memilih antara membuat produk
yang idealis dan unik untuk kolektor niche (yang membutuhkan investasi biaya
tetap tinggi) atau membuat produk yang efisien dan menguntungkan untuk pasar
massal (yang mengharuskan penggunaan ulang cetakan dan penyederhanaan).
Awalnya, Hasbro memprioritaskan yang kedua, sebuah pilihan yang tidak populer
di kalangan kolektor idealis, tetapi vital untuk mempertahankan profitabilitas.5
Analisis ekonomi ini
menjelaskan mengapa mold reuse bukan sekadar keputusan yang malas, melainkan
sebuah keharusan finansial. Hasbro beroperasi dalam skala global dengan target
audiens yang jauh lebih besar daripada Toy Biz, dan biaya per unit harus ditekan
serendah mungkin untuk mencapai profitabilitas yang diharapkan.
Bab IV:
Kebangkitan Hasbro: Redefinisi Kualitas di Era Modern
Perjalanan Marvel Legends di bawah Hasbro bukanlah kisah penurunan yang konstan, melainkan sebuah kisah tentang adaptasi dan kebangkitan. Setelah menghadapi kritik yang signifikan dari komunitas kolektor, Hasbro menunjukkan kemauan untuk mendengarkan umpan balik dari pasarnya.2 Pergeseran ini memicu "busur penebusan" (redemption arc) yang secara perlahan mengembalikan kepercayaan kolektor.
Perbaikan yang paling signifikan terjadi melalui investasi dalam teknologi produksi baru. Hasbro mulai mengadopsi digital sculpting, yang memungkinkan detail yang lebih halus dan akurasi yang lebih baik dalam desain figur.2 Yang paling transformatif adalah teknologi digital face printing, yang secara drastis meningkatkan kualitas paint app pada wajah figur, membuatnya terlihat lebih hidup dan akurat terhadap karakter di komik maupun film.2
Selain inovasi teknologi, Hasbro juga mengubah strategi pasarnya. Mereka mengadopsi strategi Aging Up, yang secara eksplisit menargetkan penggemar berusia 13 tahun ke atas.9 Hal ini menunjukkan pengakuan terhadap pasar kolektor dewasa yang menguntungkan. Untuk melayani segmen ini, mereka meluncurkan platform penjualan langsung ke konsumen seperti Hasbro Pulse 2, yang menawarkan figur eksklusif dan memungkinkan mereka berinteraksi langsung dengan penggemar melalui livestream dan pengumuman produk.
Pergeseran kualitas
Hasbro bukanlah sebuah return to idealism dalam pengertian Toy Biz. Sebaliknya,
ini adalah sebuah sintesis. Hasbro berhasil mengintegrasikan elemen idealis
yang diinginkan kolektor—detail, akurasi, dan kualitas—ke dalam model bisnis massal
mereka. Mereka menggunakan teknologi modern (seperti face printing) untuk
mencapai kualitas artistik yang tinggi, sementara tetap mempertahankan
efisiensi biaya yang diperlukan melalui mold reuse. Proses ini membuktikan
bahwa umpan balik pasar dapat menjadi katalisator bagi perbaikan. Dengan
berinvestasi pada teknologi baru dan saluran penjualan yang lebih ditargetkan,
Hasbro berhasil memenangkan kembali kepercayaan kolektor dan menyeimbangkan
tuntutan seni dan komersialisme.
Bab V: Anatomi
Konflik: Hubungan Tegang antara Idealisme dan Profitabilitas
Kasus evolusi Marvel
Legends adalah studi kasus yang ideal untuk mengupas konflik yang inheren
antara idealisme artistik dan permintaan pasar. Sumber akademis di bidang
ekonomi seni menunjukkan bahwa rasa (idealism) dari seorang kreator sering kali
tidak sejalan dengan kekayaan (permintaan pasar massal). Permintaan untuk
action figure koleksi, seperti halnya pasar seni, sebagian besar didorong oleh
rasa dan kesenangan estetika.11 Faktor-faktor ini, yang
bersifat subjektif dan sulit diukur, sering kali bertentangan dengan metrik
bisnis yang lebih terukur seperti biaya produksi, margin keuntungan, dan volume
penjualan.12
Toy Biz, dengan model bisnis in-house-nya, memiliki kebebasan finansial untuk memprioritaskan rasa kolektor. Mereka dapat berinvestasi pada detail yang mungkin tidak masuk akal secara ekonomis untuk produsen mainan pasar massal.3 Di sisi lain, Hasbro, sebagai perusahaan global yang beroperasi dalam ekosistem lisensi yang kompleks, harus memprioritaskan efisiensi dan profitabilitas. Keputusan mold reuse dan penyederhanaan produk adalah pilihan logis untuk menjaga agar harga tetap terjangkau dan mencapai skala produksi yang masif.5
Dilema ini tidak dapat
sepenuhnya dihilangkan. Sebaliknya, ini adalah ketegangan permanen yang melekat
pada industri kreatif. Perusahaan yang paling sukses bukanlah yang
menghilangkan idealisme, tetapi yang menemukan cara untuk mengintegrasikannya
ke dalam strategi pasar massal mereka. Hasbro mencapai hal ini dengan
menggunakan teknologi baru seperti face printing untuk mencapai kualitas
artistik yang diinginkan kolektor, sambil tetap mempertahankan efisiensi
cetakan yang diperlukan untuk profitabilitas.
Bab VI:
Fenomena Serupa di Industri Kreatif Lainnya
Fenomena yang dialami
oleh Marvel Legends bukanlah hal yang unik. Konflik antara idealisme dan pasar
adalah pola berulang yang dapat ditemukan di berbagai industri kreatif lainnya
yang beranjak dari skala niche ke pasar yang lebih luas.
●
Lini Mainan Koleksi: Lini mainan klasik
seperti Masters of the Universe (MOTU) dari Mattel pada tahun 1980-an juga
mengandalkan strategi mold reuse yang ekstensif untuk menekan biaya dan
memproduksi berbagai karakter baru dengan cepat.5 Sama seperti kasus Marvel Legends, lini MOTU juga secara
konsisten menggunakan kembali bagian-bagian tubuh yang sama dengan warna dan
kepala yang berbeda. Demikian pula, lini Star Wars Black Series dari Hasbro
menunjukkan evolusi kualitas yang serupa, secara bertahap meningkatkan detail
dan artikulasi dari figur-figur awal mereka hingga mencapai standar yang sangat
dihormati oleh kolektor.14 Hal ini menunjukkan
bahwa strategi ekonomi yang sama diterapkan di seluruh portofolio produk
Hasbro.
●
Industri Fashion dan
Kerajinan Lokal: Fenomena ini juga terjadi di luar industri mainan. Banyak merek
lokal di Indonesia, misalnya, memulai sebagai usaha kecil dan menengah (UMKM)
yang didorong oleh idealisme kreatif dan keunikan desain.15 Namun, saat mereka tumbuh dan berupaya menembus pasar yang
lebih besar, mereka sering kali dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan
kualitas dan keunikan produk mereka. Peningkatan penjualan dan kebutuhan untuk
memenuhi permintaan massal dapat mendorong mereka untuk menyederhanakan proses
produksi atau menggunakan bahan yang lebih murah, yang berpotensi memengaruhi
kualitas dan kepuasan pelanggan.16
Epilog:
Pelajaran Berharga dari Sejarah Mainan
Kisah Marvel Legends,
dari masa keemasan Toy Biz hingga era modern Hasbro, adalah sebuah narasi yang
kaya tentang dinamika industri kreatif. Ini adalah studi kasus yang menunjukkan
bahwa action figure tidak hanya sekadar mainan, tetapi juga produk ekonomi yang
kompleks, yang dipengaruhi oleh strategi korporat, biaya produksi, dan
interaksi yang terus-menerus antara idealisme kreator dan realitas pasar.
Laporan ini menyimpulkan
beberapa poin kunci:
1.
Kualitas adalah Cerminan
Model Bisnis:
Kualitas superior figur Toy Biz adalah hasil langsung dari model bisnis
in-house yang memungkinkan idealisme kreatif menjadi prioritas.
2.
Lisensi Adalah Jembatan
Menuju Skala:
Pergeseran Marvel ke model lisensi adalah langkah strategis yang didorong oleh
keuntungan finansial dan efisiensi, yang pada awalnya menyebabkan penurunan
kualitas produk.
3.
Inovasi sebagai
Katalisator Perbaikan: Hasbro berhasil memulihkan kepercayaan kolektor dengan
berinvestasi dalam teknologi produksi baru, yang memungkinkan mereka untuk
mengintegrasikan detail dan kualitas yang diinginkan kolektor ke dalam strategi
produksi massal mereka.
4.
Konflik Universal: Ketegangan antara
idealisme dan pasar adalah dilema abadi yang dihadapi oleh banyak industri
kreatif yang berkembang. Keberhasilan jangka panjang bergantung pada kemampuan
perusahaan untuk beradaptasi, mendengarkan pasar, dan menemukan keseimbangan
antara passion dan profit.
Masa
depan industri mainan koleksi akan terus diwarnai oleh interaksi yang rapuh
ini. Perusahaan yang dapat mempertahankan esensi idealisme mereka sambil
merangkul efisiensi yang diperlukan untuk skala global akan menjadi pemenang
sejati. Pada akhirnya, kepuasan kolektor tidak hanya bergantung pada kualitas
fisik produk, tetapi juga pada koneksi emosional yang mendalam dengan merek,
sebuah koneksi yang dibangun melalui dedikasi dan komitmen untuk menyatukan
seni dan komersialisme.
Karya yang dikutip
1.
Marvel
Legends SENTRY Toy Biz vs Hasbro Action Figure ..., diakses September 15, 2025,
https://www.youtube.com/watch?v=oG8fCDP8QWY
2.
From
Toy Biz to Hasbro: Why Marvel Legends Changed Hands | By ..., diakses September
15, 2025, https://www.gonewmeta.com/blogs/blog/how-hasbro-took-over-marvel-legends-a-look-back-at-the-iconic-toy-line-s-handoff-by-david-gibbens
3.
Points
of Articulation: Hasbro Legends - OAFE, diakses September 15, 2025, http://www.oafe.net/articulation/0609.php
4.
www.sec.gov,
diakses September 15, 2025, https://www.sec.gov/Archives/edgar/data/933730/000111667906001349/marv10q.htm
5.
Why
does Hasbro continue to use old bodies when its already 2025? :
r/MarvelLegends, diakses September 15, 2025, https://www.reddit.com/r/MarvelLegends/comments/1n1vz3e/why_does_hasbro_continue_to_use_old_bodies_when/
6.
How
to Estimate Injection Molding Cost? - Formlabs, diakses September 15, 2025, https://formlabs.com/blog/injection-molding-cost/
7.
Injection
Molding for Toy Manufacturing: Process, Benefits & Trends - Ace Mold,
diakses September 15, 2025, https://www.ace-mold.com/injection-molding-for-toy-manufacturing/
8.
Investigation
of Toy Parts Produced Using Injection Molding and FDM and Selection of the Best
Manufacturing Method: A Multi-Criteria Approach - MDPI, diakses September 15,
2025, https://www.mdpi.com/2076-3417/15/12/6725
9.
Hasbro
Unveils New Strategy: Playing to Win - Transformers News - TFW2005, diakses
September 15, 2025, https://news.tfw2005.com/2025/02/20/hasbro-unveils-new-strategy-playing-to-win-532721
10.
STAR
WARS The Black Series - Hasbro Pulse, diakses September 15, 2025, https://www.hasbropulse.com/collections/star-wars-the-black-series
11.
The
Demand for Art: Resolving the Conflict between the Consumer and the
Connoisseur, diakses September 15, 2025, https://www.gcsu.edu/sites/files/page-assets/node-1756/attachments/student1.pdf
12.
PENGARUH
PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERCATAT DI BEI 2020-2022, diakses September 15, 2025, https://journal.ukmc.ac.id/index.php/jia/article/download/1356/1296/7693
13.
Transformerland
Masters of the Universe (MOTU) The Original Series® Collector's Guide, diakses
September 15, 2025, https://www.transformerland.com/wiki/masters-of-the-universe-motu/the-original-series/
14.
Black
Series – 6 Inch 2013 - The Toy Collectors Guide, diakses September 15, 2025, https://thetoycollectorsguide.com/black-series-6-inch-2/
15.
Tren
Positif Industri Mainan, Produsen Lokal Siap Rambah Pasar Global -
Validnews.id, diakses September 15, 2025, https://validnews.id/ekonomi/tren-positif-industri-mainan-produsen-lokal-siap-rambah-pasar-global
16.
PENGARUH
HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA TOKO MAINAN WONG
TOY'S Skripsi Oleh, diakses September 15, 2025, http://repo.darmajaya.ac.id/11858/5/daftar%20isi%20skripsi.pdf
17.
Perbandingan
Brand Fashion Dulu dan Sekarang: Local vs Internasional - Lemon8-app, diakses
September 15, 2025, https://www.lemon8-app.com/@ardraseviaulliany/7514504932649697799?region=id
18.
20
Product Management Failure Examples [2025] - DigitalDefynd, diakses September
15, 2025, https://digitaldefynd.com/IQ/product-management-failure-examples/

0 comments:
Posting Komentar